ANALISIS
VEGETASI
(Laporan
Praktikum Ekologi)
Disusun Oleh :
Lestari
1017021012
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu vegetasi telah
dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat
membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal
ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan
dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Kehadiran
vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan
ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu
ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen
dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata
air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu
area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada
struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh
vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya bergantung
struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut
(Setiadi, 1984).
Untuk
menerangkan suatu populasi atau komunitas, diperlukan sejumlah satuan
pengukuran seperti dengan
menganalisis karakter komunitas yang meliputi kerapatan, untuk itu dilakukan
percobaan ini.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari struktur dan komposisi
vegetasi(komunitas tumbuhan) dengan menganalisis karakter komunitas yang
meliputi kerapatan, kekerapan dan dominasi dengan menggunakan metode kuadrat (plot).
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Vegetasi merupakan kumpulan
tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis. Analisa vegetasi
adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi
atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting
bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik
komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan
penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan
yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit
(Natassa, dkk, 2010).
Metode kuadrat, bentuk percontoh
atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area
tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan
dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
(Surasana, 1990).
Metode
kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi
pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot
less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan
hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan
pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga
melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama,
biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam
membent Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari
ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor
lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata.
Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk
memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari
suatu ekosistem (Andrie, 2011).
Ada dua fase
dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang
masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode
manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan
kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang
botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan
variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Andrie, 2011)
Kelimpahan setiap spesies individu
atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises
yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang
relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting
dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Sistem Analisis dengan metode
kuadrat:
Kerapatan, ditentukan berdasarkan
jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut.
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan,
cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas
kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964).
Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan
dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area
sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil
untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah
spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan
ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai
penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi
karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin
stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga
yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yangb
telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif).
Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai
Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari
dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis
terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan
100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai
penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang
memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan
untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
A.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah :penggaris, kalkulator, buku dan pena, peta
analisis vegetasi.
B.
Cara
kerja
1.
Pilih sebuah komunitas tumbuhan lalu
tentukan batas-batas komunitas tersebut.
2.
Letakkan kuadran dengan ukuran
tertentu yang sesuai dengan komunitas
yang diteliti.
3.
Untuk setiap kuadrat buat daftar spesies
yang ada didalamnya.
4.
Untuk setiap spesies yang ada didalam
kuadrat dihitung jumlah individu untuk setiap spesies.
5.
Untuk setiap spesies yang didapat hitunglah nilai kerapatan, frekuensi,
dominasi serta nilai pentingnya dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
6.
Hitung indeks keanekaragaman
komunitasnya dengan indeks Shanon-Wiener (H).
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Dari
hasil percobaan dan pengamatan diperoleh data sebagai berikut :
No
|
Nama
jenis
|
Individu
Plot Ke
|
Jmlh
individu
|
BA
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
1
|
A
(Desert senna)
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
0,28
|
2
|
B
(Chuparosa)
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
3
|
-
|
4
|
0,50
|
3
|
C
(Creosote bush)
|
3
|
3
|
1
|
2
|
4
|
8
|
|
4
|
25
|
74,72
|
4
|
D
(Desert trumpet)
|
-
|
-
|
7
|
2
|
-
|
1
|
5
|
-
|
9
|
2,46
|
5
|
E
(Brittle bush)
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
1
|
-
|
-
|
9
|
1,05
|
6
|
F
(Barrel cactus)
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
0,27
|
7
|
G
(Golden cholla)
|
-
|
4
|
6
|
2
|
-
|
4
|
2
|
1
|
19
|
6,51
|
8
|
K
(Krameria)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
1
|
-
|
2
|
0,78
|
9
|
P
(Pencil cholla)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
1
|
0,12
|
10
|
R
(Desert strat)
|
-
|
-
|
1
|
1
|
|
1
|
1
|
|
4
|
0,43
|
11
|
S (Bur sage)
|
3
|
5
|
11
|
5
|
10
|
7
|
1
|
6
|
48
|
12,33
|
12
|
T
(Teddy bearcholla)
|
3
|
5
|
4
|
5
|
|
2
|
|
8
|
27
|
1,87
|
B. Pembahasan
Analisa vegetasi adalah cara
mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi
kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik
komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan
penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan
yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit
(Natassa, dkk, 2010).
Menurut Surasana, 1990 Beberapa metodologi
yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian,
yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan
tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis
dengan metode kuadrat.
Percobaan kali ini menggunakan
metode kuadrat, yaitu bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai
dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis
yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi . Digunakannya metode kuadrat karena metode
kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi
pohon dan menaksir volumenya.
Kegiatan
yang dilakukan adalah mengamati jumlah tanaman yang masuk ke dalam petak contoh
yang dibuat sebanyak 8 petak contoh, yaitu petak contoh 1, petak contoh 2,
petak contoh 3, petak contoh 4, petak contoh 5, petak contoh 6, petak contoh 7,
dan petak contoh 8. Dari masing-masing
petak contoh dibuat masing-masing plot dengan ukuran 10x10 cm. kemudian
menghitung jumlah spesies pada masing-masing plot.
Didapatkan
12 spesies tumbuhan pada 8 plot dari masing-masing petak tersebut, diantaranya 1 spesies A (Desert
senna), 4 spesies B (Chuparosa), 25 spesies C (Creosote bush), 9 spesies D
(Desert trumpet), 9 spesies E (Brittle bush), 3 spesies F (Barrel cactus), 19 spesies G (Golden cholla), 2 spesies K (Krameria), 1 spesies P (Pencil cholla), 4 spesies R (Desert strat), 48 spesies S (Bur sage), dan 27 spesies T (Teddy bearcholla).
Berdasarkan
hasil perhitungan jumlah total kerapatan seluruh spesies diperoleh sebesar
0,08446. Untuk Kerapatan Relatif spesies
S (Bur sage) diperoleh hasil terbesar yaitu 31, 57707%. Sedangkan terkecil yang
mempunyai Kerapatan relatif adalah
spesies A (Desert senna) dan P (Pencil cholla) yaitu, 0,06630%.
Selain
mengetahui kerapatan relative suatu spesies, dalam metode kuadrat ini juga
mengetahui frekuensi relative dari spesies yang didapatkan. Frekuensi relative
dapat diperoleh dari frekuensi mutlak berbanding frekuensi total. Dimana
frekuensi mutlak diperoleh dari jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh
suatu jenis berbanding dengan jumlah banyaknya petak contoh yang dibuat. Frekuensi relative terbesar pada spesies T
(Teddy bearcholla) sebesar 16,667%. Dan frekuensi relative terkecil
adalah pada spesies K (Krameria) adalah
0,04167%. Frekuensi
relative ini menunjukan luasnya penyebaran suatu spesies pada area yang diambil
sebagai petak contoh.
Setelah
kita memperoleh hasil nilai Kerapatan Relatif dan Frekuens Relatifi, kemudian
kita menghitung Dominasi Relatif, nilai ini mpenting untuk melihat bagaimana
besarnya spesies yang mendominasi pada suatu tempat tertentu (pada plot
tertentu). Dari hasil perhitungan diperoloeh Dominasi Relatif terbesar adalah spesies
C (Creosote bush) yaitu 73,73001%, sedangkan Dominasi terkecil yaitu 0,26624%
spesies F (Barrel cactus).
Kelimpahan
setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu
persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh
sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama
suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi
adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas.
Dari kerapatan relative, frekuensi
relatif dan dominasi relatif dapat diperoleh nilai penting. Yang didapat dari
penjumlahan dari kerapatan relative,dominasi relatif dengan frekuensi relative.
Untuk spesies A adalah 2,43349%, spesies B 7,29279%, spesies C 104,75866%,
spesies D 16,68635%, spesies E 8,20015%, spesies F 4,32668, spesies G 20,18279,
K 6,24499%, P 2,87036, spesies R 3,13709%, S 60,41097, dan T 20,86889.
Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan
urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua
jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk
menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Didapatkan
12 spesies tumbuhan pada 8 plot dari masing-masing petak. Spesies terbanyak
adalah spesies S (Bur sage) yaitu 48.
2. Untuk
Kerapatan Relatif spesies S (Bur sage)
diperoleh hasil terbesar yaitu 31, 57707%. Sedangkan terkecil yang mempunyai
Kerapatan relatif adalah spesies A
(Desert senna) dan P (Pencil cholla) yaitu, 0,06630%.
3. Frekuensi
relative terbesar pada spesies T (Teddy bearcholla) sebesar 16,667%. Dan
frekuensi relative terkecil adalah pada spesies K (Krameria) adalah 0,04167%.
4. Dominasi
Relatif terbesar adalah spesies C (Creosote bush) yaitu 73,73001%, sedangkan
Dominasi terkecil yaitu 0,26624% spesies F (Barrel cactus).
5. Nilai
dominasi relatif terbesar adalah pada spsies C yaitu 104,75866.
6. Dan
dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan
untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Andrie. 2011. Ekologi.
(http://andriecaale.blogspot.com/2011/06/laporan-tetap-analisis-vegetasi-metode.html).
Diakses tanggal 5 Desember 2012.
Michael, P.
1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press.
Natassa, dkk.
2010. Analisa Vegetasi dengan Metode Kuadran. http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/).
Diakses
tanggal 5 Desember 2012.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi
Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita
Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat, Bogor. Bagian Ekologi, Departemen Botani,
Fakultas Pertanian IPB
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi
Tumbuhan. Bandung: ITB.
Syafei. 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan.Jakarta.
http:///C:/Users/acer/Documents/laporan%20ekoligi/unggal%20%20laporan%20ekologi%20tumbuhan.htm.
Diakses
tanggal 5 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar