DARAH
(Laporan
Praktikum Fisiologi Hewan I)
Disusun Oleh
Lestari
1017021012
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
Judul
Percobaan : Darah
Tanggal
Percobaan : 22 Oktober 2012
Tempat
Percobaan : Laboratorium Zoologi 2
Nama : Lestari
NPM
: 1017021012
Jurusan
: Biologi
Fakultas : MIPA
Kelompok
: 3 b
Bandar
Lampung, 22 oktober 2012
Mengesahkan
Asisten
Eka
Sulvin Aryani
NPM
: 0817021028
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam
setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan
aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel
dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar
10-15%, sehingga tidak dapat untuk
menghitung indeks eritrosi. Anemia adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal. Anemia bisa juga
berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah eritrosit
atau kandungan hemoglobin. Anemia yang paling umum ditemukan di masyarakat
adalah anemia gizi besi. Terjadinya anemia gizi besi ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari,
penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya parasit dalam tubuh
seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, kehilangan banyak darah akibat
kecelakaan atau operasi karena penyakit.
Golongan
darah manusia bersifat herediter, dan sangat tergantung pada golongan darah
kedua orang tua manusia yang bersangkutan. Saat ini sudah dikenal puluhan
sistem golongan darah, namun sistem yang paling umum dikenal di dunia hanya ada
beberapa. Di antaranya adalah sistem ABO yang diperkenalkan Karl Landsteiner
(1868-1943) pada tahun 1903, sistem Rhesus yang diperkenalkan Landsteiner juga
pada tahun 1937, dan sistem MNS (sekretor dan nonsekretor) (Anonim, 2012).
Pemeriksaan
mikroskopis sediaan ulas darah perifer adalah cara yang sederhana dan tepat,
bilamana hewan masih dalam keadaan sakit atau baru saja mati, selama belum
terjadi pembusukan. Kumannya berbentuk batang besar, Gram positif, biasanya
tersusun tunggal, berpasangan atau berantai pendek. Tidak terdapat spora.
Dengan pewarnaan yang baik dapat dilihat adanya selubung (kapsel)
(Anonim,2012).
B.
Tujuan
Tujuan
dari percobaan ini adalah :
1. Menentukan
kadar hemoglobin dalam darh menurut Metode Sahli
2. Menentukan
golongan darah menurut sistem ABO
3. Mengamati
berbagai macam/jenis sel-sel (butir-butir) darah (BDM) yang terdapat dalam
preparat ulas darah perifer
4. Menghitung
% berbagai bentuk BDP (leokosit) pada preparat ulas darah perifer.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hemoglobin
merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang
memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan
pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara
lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak
dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat
distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti
sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain
(oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri
klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode sianmethemoglobin adalah metode
yang dianjurkan oleh International Commitee for Standardization in Hematology
(ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan
hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhenoglobin (Subowo, 1992).
Penetapan
Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah
dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara
visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas
standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat
untuk menghitung indeks eritrosit.
Kadar
hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang.
·
Pria
dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
·
Perempuan
: 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
·
Bayi
baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
·
Anak
usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
·
Anak
usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
·
Anak
usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah (Anonim,2012)
Golongan darah adalah hasil dari pengelompokan
darah berdasarkan ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah
merah (eritrosit). Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein,
glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah manusia bersifat herediter, dan
sangat tergantung pada golongan darah kedua orang tua manusia yang
bersangkutan. Saat ini sudah dikenal puluhan sistem golongan darah, namun
sistem yang paling umum dikenal di dunia hanya ada beberapa. Di antaranya
adalah sistem ABO yang diperkenalkan Karl Landsteiner (1868-1943) pada tahun
1903, sistem Rhesus yang diperkenalkan Landsteiner juga pada tahun 1937, dan
sistem MNS (sekretor dan nonsekretor). Darah perlu digolongkan untuk banyak
kepentingan, khususnya untuk transfusi darah. Landsteiner menemukan pada tahun
1901, bahwa darah manusia yang ditransfusikan ke manusia lain dapat
inkompatibel, dan menimbulkan aglutinasi (si penerima darah terlihat syok dan
ikterik / kuning). Transfusi dengan darah yang inkompatibel antara donor dan
resipien (penerima) dapat berakibat fatal. Selain itu, golongan darah dapat
bermanfaat untuk kepentingan forensik dan penentuan ayah sebagai metode
penentuan paling sederhana (walaupun metode ini sekarang sudah tergeser
perannya dengan tes DNA di negara-negara maju) (Anonim,2012).
Landsteiner mulanya menemukan 3
golongan darah saja pada tahun 1900, yaitu A,B, dan O. Golongan AB baru
ditemukan 2 tahun kemudian, itu pun oleh Decastrello dan Sturli (bukan oleh
Landsteiner!). Atas penemuannya ini, Landsteiner mendapat hadiah Nobel di
bidang kedokteran dan medis pada tahun 1930.
Golongan
darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen permukaan eritrosit, yang
disebut juga sebagai aglutinogen.
- Golongan
darah A memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun dari 1 molekul
fukosa, 2 molekul galaktosa, 1 molekul N-asetil galaktosamin, dan 1
molekul N-asetil glukosamin.
- Golongan
darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B ini sedikit berbeda dengan
antigen A, di mana antigen ini tersusun dari molekul N-asetil galaktosamin
digantikan oleh 1 molekul galaktosa.
- Golongan
darah AB memiliki dua macam antigen permukaan, yang merupakan kombinasi
dari antigen A dan antigen B.
- Golongan
darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan, namun terbukti
bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan karbohidrat pada permukaan
eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul fukosa, 1 molekul N-asetil
glukosamin, dan 2 molekul galaktosa. Gugus ini tidak bersifat imunogenik,
sehingga anggapan golongan darah O tidak memiliki antigen permukaan masih
bisa diterima (Anonim, 2012).
Menurut
Weiss dan Tvedten (2004), Metode membuat ulas darah pada slide adalah darah
yang telah ditetes ke slide di sentuh menggunakan slide pelebar dengan cara
menarik pelan-pelan kebelakang. Setelah kontak terjadi, slide pelebar tadi digerakkan
ke depan dengan gerakan yang lembut. Ulas darah yang sudah terbentuk
dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam ke dalam metil alkohol selama
3-5 menit dan dikeringkan. Ulas darah yang sudah kering kemudian dimasukkan ke
dalam larutan giemsa 10% selama 30 menit. Setelah 30 menit, cuci slide
menggunakan air kran yang mengalir selama 30 detik dan dikeringkan dari air.
Untuk pemeriksaan ulas darah dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 1000 x dengan bantuan minyak imersi dengan arah pengamatan zigzag
dan xylol sebagai larutan pembersih. Penghitungan differensiasi leukosit
dilakukan dengan menghitung setiap jenis sel leukosit (Limfosit, monosit,
netrofil band, netrofil adult, basofil, eosinofil, limfoblas, dan mieloblas)
hingga mencapai jumlah 100 sel leukosit (M.Abd.Anshori1, 2011).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
A.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Uji kadar BDM
Hemoglobimeter
Sahli yang terdiri atas : pipet Sahli (0,02 cc) dan penyedotnya, tabung Sahli,
pipet dan pengocok, timer, aquades, alkohol 70%, jarum tusuk, dan kapas.
2. Uji
golongan darah
Serum
yang mengandung anti A dan anti B, jarum penusuk jari, gelas objek, alkohol
70%, dan kapas.
3. Uji
membuat ulas darah
Gelas
objek, mikroskop, metil alkohol, zat warna Giemsa atau wright atau lainnya
buffer fosfat pH 6,4 - 6,7, pipet tetes, bak pewarna, xylol, minyak emersi,
kertas saring, alkohol 70%, kapas dan jarum tusuk.
B.
Cara
Kerja
1. Uji
kadar BDM
·
Isikan tabung Sahli dengan larutan HCl
0,1N sampai angka 10 (garis paling tengah pada tabung)
·
Tusukan ujung jari sampai darah keluar
·
Isaplah darah kedalam pipet Sahli sampai
batas garis 20mm (0,02 cc)
·
Bersihkan ujung pipet, kemudian segera
masukkan darah kedalam tabung Sahli
·
Biarkan selama 3 menit agar terbentuk
hematin asam yang berwarna coklat
·
Dengan pipet tambahkan aquades setetes
demi setetes sambil aduk, sampai warna asam dengan warna standar ( yang ada
disebelah kiri dan kanan tabung)
·
Bacalah tinggi permukaaan cairan pada
tabung Sahli. Pembacaan langsung dengan melihat pada jalur gr 5, yang berarti
banyaknya hemoglobin dalam gram per 100mL darah. Jalur lainnya pada tabung
Sahli kalau ada, menunjukan % hemoglobin yang dihitung dibandingkan dengan
hemoglobin normal (tabung normal dipakai15,6 gr %).
2.
Uji
golongan darah
·
Tusuk jari dengan jarum steril
·
Tempelkan atau teteskan darah yang
keluar pada gelas objek di tiga tempat
·
Dengan cepat tetesi darah dengan serum
anti A dan yang lainnya dengan anti B dan larutan fisiologis sebagai kontrol
(k)
·
Campurka dengan perlahan, kemudian
periksa dengan menggoyang-goyangkan gelas objek perlahan-lahan ada tidaknya
proses aglutinasi.
3.
Uji
membuat ulas darah
·
Teteskan darah yang keluar dari ujung
jari setelah ditusuk pada sebelah kaca objek ± 2 cm dari pinggir disebelah
kanan
·
Pegang kedua sudut sebelah kiri kaca
objek tadi dengan ibu jari dan telunjuk tangan kri (atau letakkan saja kaca
objek tadi diatas meja yang rata) dengan tangan kanan pegang kaca objek lainnya
(ibu jari dan keempat jari tangan kanan memegang pinggir-pinggir kaca objek)
dan letakkan bagian ujung depan kaca objek ini pada kaca objek yang tadi
sehingga membentuk sudut 30° didepan setetes darah tadi
·
Gerakkan kaca yang ditangan kanan
kebelakang (tetap membuat sudut 30°) sampai menyinggung darah tadi, naka darah
akan menyebar sepanjang sudut antara kedua kaca objek
·
Segera setelah darah menyebar, dengan
hati-hati, tanpa mengangkat kaca objek (dan sudut tetap 30°) , kaca objek
ditangan kanan didorong kedepan, maka akan terbentuk preparat darah ulas yang
tipis
·
Keringkan diudara, kemudiaan diwarnai.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Dari hasil pengujian
dan pengamatan diperoleh data sebagai
berikut
Tabel 1. Uji kadar BDM
Nama mahasiswa
|
Kadar hemoglobin
|
Keterangan
|
Sasono Handito
|
13,6
|
Normal
|
Tabel 2. Uji golongan
darah
Tabel
2.1 golongan darah data kelas/jenis
kelamin
No.
|
Pria
|
Wanita
|
||||||
Golongan
darah
|
A
|
B
|
AB
|
O
|
A
|
B
|
AB
|
O
|
Jumlah
|
2
|
7
|
1
|
3
|
11
|
9
|
2
|
18
|
Presentase
|
15%
|
53%
|
7%
|
23%
|
27%
|
22%
|
0,004%
|
45%
|
Ket : Jumlah mahasiswa pria :
13
Jumlah mahasiswa wanita
: 40
Tabel 2.2 golongan darah data kelas
No.
|
Pria dan wanita
|
|||
Golongan
darah
|
A
|
B
|
AB
|
O
|
Jumlah
|
13
|
16
|
3
|
21
|
Presentase
|
24,528%
|
30,189%
|
5,66%
|
39,623%
|
Tabel 2.3 golongan darah data
kelompok besar
No.
|
Pria dan wanita
|
|||
Golongan
darah
|
A
|
B
|
AB
|
O
|
Jumlah
|
3
|
3
|
1
|
6
|
Presentase
|
23,077%
|
23,077%
|
7,692%
|
46,154%
|
Ket : Jumlah kelompok 13
Tabel 3. Uji pembuatan
ulas darah perifer
Jenis sel
|
Warna
|
BDM
|
Merah
tua
|
Leukosit
|
Ungu
(biru tua-ungu)
|
Granulosit
|
Merah
kebiruan
|
B.
Pembahasan
Pemeriksaan
hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu
penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam
sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan
mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan
hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada
pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin
bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi
kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan
akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.
Penetapan
Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah
dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara
visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas
standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat
untuk menghitung indeks eritrosit.
Kelemahan cara ini berdasarkan kenyataan bahwa asam hematin itu bukanlah
merupakan larutan sejati dan juga alat hemoglobimeter itu sukar distandarkan,
selain itu tidak semua macam hemoglobin dapat diubah hematin misalnya ;
karboxyhemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin.
Dari
hasil percobaan yang telah dilakukan dengan sampel salah satu prakitkan
diperoleh hasil kadar hemoglobin sebesar 13,6 gram/100mL darah. Berdasarkan
standar Kadar hemoglobin dalam darah, keadaan tersebut masih dalam keadaan normal.
Hemoglobin
berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan memberi warna
merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu bentuk sel
darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah.
beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb yaitu :
1.
Jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada
normal yang disebut anemia mikrositik.
2.
Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang daripada normal yang disebut anemia
hipokromik.
Darah perlu digolongkan untuk
banyak kepentingan, khususnya untuk transfusi darah. Landsteiner menemukan pada
tahun 1901, bahwa darah manusia yang ditransfusikan ke manusia lain dapat
inkompatibel, dan menimbulkan aglutinasi (si penerima darah terlihat syok dan
ikterik / kuning). Transfusi dengan darah yang inkompatibel antara donor dan
resipien (penerima) dapat berakibat fatal. Selain itu, golongan darah dapat
bermanfaat untuk kepentingan forensik dan penentuan ayah sebagai metode
penentuan paling sederhana (walaupun metode ini sekarang sudah tergeser
perannya dengan tes DNA di negara-negara maju).
Pada percobaan ini dilakukan
pecobaan penggolangan darah dengan cara sampel darah direaksikan dengan
masing-masing serum anti A, anti B , dan larutan fisiologis sebagai kontrol.
Setelah dicampurkan dengan masing-masing serum kemudian memeriksa dengan proses
aglutinasi.
Dari table hasil penggolongan
darah untuk semua jumlah mahasiswa maka didapatkan hasil sebagi berikut:
· Golongan
darah A sebanyak 13 orang
· Golongan
darah B sebanyak 16 orang
· Golongan
darah AB sebanyak 3 orang
· Golongan
darah O sebanyak 21 orang
Dari
kelas biologi yang berjumlah 53 orang
kebanyakan golongan darah O
yaitu
yang berjumlah 21 orang, ini dikarenakan factor bawaan atau keturunan dari
orang tua masing-masing dimana domina darah orang tua berdarah O.
Prinsip
dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan
larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol. Pewarnaan
giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel
darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit yang ada di dalam darah.
Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus digunakan untuk
identifikasi parasit yang ada di dalam darah (blood-borne parasite).
Berdasarkan
hasil pengamatan preparat ulas darah
dengan pewarnaan Giemsan diketahui bahwa preparat secara fisik cukup
baik, bersh, rapi dan berwarna ungu. Dapat terlihat adanya leukosit. Pada
preparat tampak terlihat leukosit yang ditemukan adalah neutrofil dan limfosit.
Hal ini berkaitan dengan jumlah/ presentase neutrofil
memang paling banyak dalam darah, yaitu mencapai 55-70% dari jumlah leukosit
yang ada.
Leukosit
ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti yang berwarna ungu. Warna biru pada
leukosit disebabkan karena pewarnaan yang diberikan pada saat pembuatan
preparat. Inti leukosit akan menyerap warna yang bersifat basa.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari
hasil pengamatan diperoleh bahwa mahasiswa Biologi 2010 yang bergolongan darah
A sebanyak 13 orang dengan presentase 24,528 %, bergolongan darah B 16 orang
dengan presentase 30,189 %, bergolongan darah AB 3 orang dengan presentase 5,66
%, dan yang bergolongan darah O sebanyak 21 orang dan memiliki nilai presentase
39,623 %.
2. Dari kelas biologi yang berjumlah 53 orang kebanyakan golongan
darah O yaitu yang berjumlah 21 orang, ini
dikarenakan factor bawaan atau keturunan
tua masing-masing dimana domina darah orang tua berdarah O.
3. Hasil
dari sampel salah satu prakitkan diperoleh hasil kadar hemoglobin sebesar 13,6
gram/100mL darah. Berdasarkan standar Kadar hemoglobin dalam darah, keadaan
tersebut masih dalam keadaan normal.
4. Pemeriksaan
hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu
penyakit.
5. Dari hasil ulas darah terlihat leukosit yang ditunjukkan
dengan sel yang memiliki inti yang berwarna ungu. Warna biru pada leukosit disebabkan
karena pewarnaan yang diberikan pada saat pembuatan preparat. Inti leukosit
akan menyerap warna yang bersifat basa.
DAFTAR
PUSTAKA
M.Abd.Anshori1,
Waluyo2, Wasis Saifullah3.2011. Sistem
Informasi dan Alat Pengujian Golongan Darah Sistem ABO Via SMS. Jurusan
Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi POLINEMA.
M. Agus J. Alam,
Borland Delphi 5.0 Belajar Sendiri, PT. Elex Media Computindo, Jakarta, 2000.
Subowo. 1992. Histologi umum.
Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Http://www.Aquvet.il2.Com.
Diakses tanggal 19 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar